Catatan Kecil di Awal Desember

Memasuki bulan Desember membawa kesedihan tersendiri untuk saya karena itu berarti ulang tahun saya sudah lewat. Begitu kalender menunjukkan tanggal 1 Desember, maka hari ulang tahun saya pun sudah selesai. Rasanya saya ingin berlangsung lebih lama. Iya, saya memang sering sereceh itu.

Saya pernah merasa bahwa ulang tahun adalah momen terpenting sepanjang tahun.

Saya pernah merasa tidak ingin mengingat apa yang terjadi saat tanggal ulang tahun saya, di tahun tertentu.

Saya pernah merasa tidak ada yang peduli dengan ulang tahun saya sehingga sakit hati luar biasa.

Saya pernah merasa sangat dicintai sampai saya tak ingin melupakan momen tersebut.

 

Semua pengalaman tersebut membuat saya belajar tentang ekspetasi.

 

Hanya karena sesuatu tak berjalan sesuai yang kamu mau, bukan berarti hal buruk terjadi padamu.

Hanya karena seseorang tak melakukan hal sesuai harapanmu, bukan berarti dia tidak sungguh peduli padamu.

Karena itulah kamu harus selalu memilih untuk berbahagia.

 

Saya bersyukur juga ulang tahun kali ini saya rayakan bersama dengan keluarga. Tahun ini saya merasakan betul bahwa segala sesuatu mungkin gak berjalan sesuai dengan keinginan saya, tapi toh ternyata saya masih bisa menikmatinya.

 

Sehari setelah ulang tahun, saya pun berangkat bersama teman-teman untuk jadi mentor di acara Hari Disabilitas Internasional. Kena macet 10 jam, luar biasa, bukan?

Tapi semuanya terbayar dengan pengalaman baru yang seru, teman-teman baru, dan tentu saja selalu ada cerita baru yang muncul.

 

 

Di tahun ini, saya belajar untuk tidak mengutamakan diri saya sendiri. Saya belajar untuk menerima bahwa kebahagiaan saya tidak harus berasal dari kepuasan saat keinginan saya terpenuhi. Saya belajar agar saat orang lain berbahagia, saya pun bisa berbahagia. Termasuk, saat saya sedang merasa sangat tidak bisa berbahagia, saya tetap bisa memilih berbahagia, kok.

 

Dan di atas semuanya itu, lewat pengalaman singkat kemarin, saya juga belajar bahwa saya tak harusnya kekurangan alasan untuk bersyukur.

Saya memiliki setiap hal yang saya perlukan untuk menikmati hal yang saya suka. Fotografi, musik, menulis, membaca, dan juga hal lainnya, yang seringkali saya anggap sepele.

 

Kalau orang sering bilang menjadi relawan akan mengubah hidupmu, saya sungguh merasakannya sekarang.

 

 

 

 

 

Happy 6th Anniversary!

Wordpress

Hari ini kebetulan banget lagi cek blog dan dapet notifikasi dari WordPress. Wow, sudah 6 tahun saya ngalay dengan blog ini ya *usap dagu

Ini bukan blog pertama saya. Sepertinya saya pernah cerita, deh. Tapi saya ceritain lagi dikit, ya. Intinya adalah, saya sudah pernah punya blog dan bodohnya, saya gak inget email dan password yang saya gunakan untuk akun lama saya.

Kalau ingat jaman dulu, ya ampun saya alay banget. Pakai tulisan gede-kecil, singkatan aneh bin ajaib, kelakuan yang gak masuk akal sehat, pokoknya memalukan deh kalau diinget lagi.

Tapi untungnya saya gak cepet sadar sama kelakuan saya. Kalau gak, mungkin saya jadinya bakal gak mau ngeblog lagi dan sekarang kalian gak akan baca post-post menarik dari blog saya ini *ditendang

Sebenarnya saya gak tau pasti sih mau cerita apa sekarang. Yang jelas, buat saya ngeblog sendiri bukan sekadar biar eksis atau kekinian. Gak cuma sekadar berbagi pengalaman pribadi yang menjurus curhat. Menulis di blog adalah cara saya untuk menyalurkan kecintaan saya terhadap cerita.

Continue reading “Happy 6th Anniversary!”

Hitunglah Berkatmu

Saya sudah bercerita kemarin tentang bagaimana saya sering menyalahkan diri sendiri apabila tak bisa mengubah keadaan (Read here). Hal ini membawa saya ke dalam perenungan yang lebih jauh, menyadarkan saya kalau terkadang saya terlalu mengasihani diri sendiri.

Seringkali saat hal yang kurang menyenangkan terjadi, saya malah terus tenggelam dalam pemikiran saya akan hal buruk yang mungkin akan terjadi atau pernah terjadi.

Contoh sederhananya: saat sedang naik bus dan berdesak-desakan, saya terkadang merasa sebal. Manusiawi, kan?

Tapi perasaan sebal yang harusnya ‘cuma sesaat’ itu akan membawa saya ke dalam pemikiran negatif berikutnya.

“Duh, udah gak nyaman di bus, macet pula. Lama deh nyampe rumahnya, padahal udah ngantuk.”

“Ah elah, udah musti desek-desekan, ada yang malah asyik chatting, ada yang gak tau diri nempatin badan, ada yang gak bisa kontrol bau badan. Ampun deh…”

Belum lagi kalau misalnya ternyata kondisi jalan, atau kondisi rumah tidak sesuai dengan harapan.

Makin jadi deh kekesalan karena saya membiarkan hal yang gak sesuai harapan mempengaruhi keceriaan.

Kenapa? Karena sibuk mengasihani diri sendiri dan melupakan berkat yang sudah diterima

Saya sibuk menggerutu karena perjalanan tersendat tapi lupa bahwa saya masih nyaman dan aman di dalam kendaraan. Sementara ada yang harus berjalan kaki untuk pulang, atau ada yang dicopet saat perjalanan pulang.

Saya merasa saya malang karena tinggal di kota yang menyajikan kemacetan berkala, sementara banyak yang tinggal di desa dan ingin melihat seperti apa Jakarta itu.

Karena saya sibuk pada kesedihan saya sendiri, saya lupa bahwa saya diberkati.

Lebih lanjut lagi, saya menuntut banyak dari orang lain karena saya merasa saya adalah ‘korban’.

Seperti contoh di atas, dalam kondisi berdesakan dan nyaris gak bisa bergerak, saya akan sebal kalau Mama menelpon karena saya tahu saya harus memberinya kabar padahal kondisinya menurut saya tidak memungkinkan saya menerima telpon.

Padahal tentu saja bisa, tapi saya harus ‘berusaha lebih’ dan karena sebelumnya saya sedang sibuk mengasihani diri sendiri maka saya merasa Mama yang harusnya mengerti kondisi saya.

Nyatanya, apakah Mama salah karena ingin tahu kondisi anaknya?

Masih lebih banyak anak yang ingin dihubungi oleh orangtuanya sebagai wujud kepedulian. Sementara saya, mengapa saya malah bersungut-sungut?

Yang hendak saya sampaikan di sini adalah selain untuk mengingatkan diri sendiri, saya juga ingin mengajak kita semua untuk (lagi dan lagi) belajar bersyukur dalam segala hal yang terjadi dalam hidup kita.

Mengasihani diri kita sendiri hanya membuat kita larut dalam perasaan tak berdaya dan malah memperburuk keadaan kita.

Berbahagialah meski saat itu kau tak menemukan alasan untuk berbahagia.

Selalu hitung berkat yang kau punya dan saat kau melihat hasilnya, kau akan tahu betapa terberkatinya dirimu.

Much love,

Zelie

365 Writing Prompts, Now in French, Spanish, and Indonesian

Kaget pas lihat sudah ada edisi bahasa Indonesia-nya. Jadi, apa lagi alasanmu untuk writer’s block? *angguk-angguk

Anyway, kalian masih bisa ikut #TantanganMenulis yang diadakan oleh saya dan Mput juga, lho! *tetep promo

The Daily Post

In a bid to make The Daily Post‘s writing prompts available to more and more people, we’ve translated our free ebook, 365 Writing Prompts, into French, Spanish, and Indonesian.

Each ebook comes in .pdf, .mobi (Kindle), and .epub (iBook) formats.

365 Invitations à Écrire

.pdf | .mobi | .epub

365 Apuntes Diarios Para Escribir

.pdf | .mobi | .epub

365 Hari Tuntunan Menulis

.pdf | .mobi | .epub

A Tagalog translation of the book is coming soon to our free ebook library.

View original post

Selamat Hari Guru Nasional

Buat yang sudah mengikuti blog ini dari lama atau yang rajin baca postingan lama dari saya (iya, kamu) pasti sudah tahu (bahkan mungkin bosan diingatkan terus) kalau saya sangat senang mengajar.

Pertama kali bekerja, saya bekerja di sekolah sebagai staff admin. Kemudian saya pindah kerja untuk mengejar cita, menjadi guru TK. Yup, spesifik. Saya memang senang mengajar anak kecil.

Hari ini, tanggal 25 November 2014, adalah hari guru nasional.

Timeline saya di pagi ini sudah dibanjiri dengan ucapan terima kasih untuk para guru. Senang rasanya bahwa apresiasi sudah muncul dari pagi hari. Artinya cukup banyak yang ingat.

Kalau pun teringat karena akun selebtwit atau akun populer, gak apa. Yang penting hari guru nasional tidak terlupakan 🙂

Saya, terus terang, baru tahu hari guru nasional dirayakan setiap tanggal 25 November belum lama ini.

Seingat saya waktu sekolah gak pernah disebut soal kapan perayaan hari guru nasional, deh. Atau saya saja yang lupa? 😐

Saya juga gak tahu sejarah kenapa dirayakan tiap tanggal 25 November. Mungkin bisa dicari via google, tapi saya masih terlalu ngantuk buat mencari tahu. Kalian cari tahu sendiri, ya *pasang ekspresi lugu sebelum ditabok

Berhubung saya lagi baik, saya kasih tau deh alasannya. Iya, saya labil. Masa kalian belum tahu?

Tanggal 25 Nov. 2014 diperingati sebagai hari ulang tahun PGRI alias…tahu dong kepanjangannya?

Kalau kalian gak tahu, coba tanya guru kalian. Kalau mereka juga gak tahu, kamu bisa search via google. Lalu anjurkanlah guru kalian untuk gabung. Kecuali guru kalian bule, ya. Itu sih suruh kontak saya aja *ditabok

Nah, sekilas tentang hari guru, sebenarnya ada juga hari guru internasional. Dirayakan tiap tanggal 5 Oktober.

Beberapa negara bahkan meliburkan sekolah saat perayaan hari guru nasionalnya. Kalau di Indonesia, beberapa (atau semua?) sekolah internasional biasanya membuat acara kecil-kecilan, tapi di event international teacher’s day. Mungkin supaya guru dari negara lain merasa disambut atau semacamnya.

Waktu saya menjadi guru TK (dan SD juga, saat itu), perayaan dilakukan secara kecil-kecilan.

Hanya perpanjangan waktu essambly* dari sekitar 30 menit menjadi 60 menit.

Tiap murid diminta untuk membawa bunga/cokelat. Untuk pertama kalinya dalam hidup, akhirnya saya mendapatkan bunga 😦

Tapi tentu saja bukan bunga atau cokelat yang bikin saya senang. Sebagai orang yang pernah mengajar, adalah sebuah kebahagiaan saat melihat murid berhasil menjadi lebih baik.

Saya sangat bahagia saat murid saya menyingkirkan tangan saya. “Mau nulis sendiri,” katanya, padahal sebelumnya saya sampai capek meminta dia menulis sendiri.

Ada rasa hangat yang selalu muncul saat mengingat masa-masa tersebut.

Di hari guru nasional ini, saya kembali rindu mengajar. Juga rindu pada orang-orang yang telah membuat saya ingin menjadi guru.

Selamat hari guru nasional. Semoga semakin banyak pengajar berdedikasi dan mampu menjadi panutan.

Cheers!
Zelie

*semacam upacara, tapi di tempat saya mengajar hanya berupa acara menyanyi bersama untuk semua kelas.